Analisa Kekuatan Jelang Laga Prancis vs Islandia
- beritabola88
- Jul 3, 2016
- 2 min read

Birkir Saevarsson bukan siapa-siapa di Piala Eropa 2016. Tapi setelah sukses meredam Raheem Sterling, dia kini dihadapkan pada tantangan besar lain untuk mematikan Dimitri Payet. Bek kanan paling lemah di Piala Eropa 2016. Begitu harian asal Inggris, The Independent, pernah memberikan penilaian pada Saevarsson sebelum kick off Piala Eropa 2016. Penilaian itu tidak salah, karier Saevarsson di lapangan hijau jauh dari kilau sepakbola Eropa. Ada tiga klub yang pernah dia bela. Yang pertama adalah Valur di Liga Islandia, lalu SK Brann di Liga Norwegiam dan Hammarby yang kini dia perkuat di level teratas Liga Swedia. Pada usianya yang 31 tahun kini, capaian terbaiknya didapat delapan tahun lalu ketika menjuarai Piala Islandia. Senin (4/7/2016) dinihari nanti, Saevarsson akan mencoba menjinakkan salah satu pemain terbaik Piala Eropa saat ini, Dimitri Payet. Terlepas dari atribut tak meyakinkan yang merekat padanya, Saevarsson punya keyakinan tinggi akan bisa melakukan tugas tersebut. "Anda hanya harus bermain dengan agresif. Yang utama jangan biarkan dia (Payet) masuk ke dalam dan menendang dengan kaki kanannya. Paksa dia menggunakan kaki kiri," cetus Saevarsson. "Sulit untuk menemukan kelemahannya, jadi itu hanya soal... tidak membiarkan dia melengkungkan bola ke tiang jauh," lanjut dia. Saevarsson mungkin bukan siapa-siapa. Tapi, sebagaimana dikutip dari reuters, dia sudah jadi legenda di kampung halamannya. Di sebuah desa pemancingan bernama Bolungarvik, tersiar kisah tentang seorang pria yang bisa berlari sangat jauh dan juga cepat sehingga dia bisa membuat sebuah treadmill rusak. Orang itu, tentu saja, adalah Birkir Saevarsson. Mematikan Payet jelas tak semudah itu dilakukan. Gelandang West Ham United itu mencetak gol indah dan menciptakan assist saat berhadapan dengan Rumania. Payet memperdaya dua bek Albania dalam proses menciptakan gol ke gawang tim debutan itu. Apalagi Saevarsson justru sempat membuat gol bunuh diri saat Islandia bermain imbang dengan Hongaria di fase grup. Tantangan lain buat Saevarsson adalah fakta bahwa Islandia menjadi tim dengan ball possession paling rendah. Tapi Saevarsson juga dapat pujian atas keberhasilannya mematikan Raheem Sterling di babak 16 besar. Dia juga menjadi salah satu pemain yang tampil konsisten sedari fase grup. "Saya puas dengan cara saya mengatasi Sterling. Saya bisa beradu kecepatan dengannya....dan kepercayaan diri saya terus tumbuh di sepanjang pertandingan," ucapnya. Kembali ke duel dengan Prancis dan upayanya mematikan Payet, Saevarsson menyebut kalau konsentrasi adalah hal terpenting. Level pemain di Piala Eropa diakuinya berbeda dengan level pemain di Liga Swedia. "Perbedaan terbesar adalah pemain-pemain di Piala Eropa sedikit lebih baik, lebih cepat, dan punya lebih banyak teknik. Anda tidak bisa bersantai untuk satu detik saja jika tidak mau kecolongan. Di Swedia Anda tidak akan kecolongan meskipun Anda tertidur. (Tapi) satu detik saja di sini, pemain lawan akan pergi jauh dari Anda," tuntas pesepakbola yang oleh situs Transfermarkt ditaksir bernilai 375.000 poundsterling itu.
Comments